Melaksanakan kegiatan secara konsisten berefek optimis, tidak pernah merasa takut, bersedih dan cemas.
Ada hadits Nabi Muhammad yang bunyinya begini: Al istiqomah khoirun min alfi karoomah. Artinya konsistensi itu seribu kali lipat lebih baik ketimbang karomah.
Kata Istiqomah yang berasal dari kata Istaqoma-Yastaqimu-Istiqomatan artinya mendirikan. Dalam bahasa Jawa berarti jejeg, dalam bahasa Sunda langgeng, dalam bahasa hukum adalah konsisten, dan dalam bahasa Inggrisnya adalah continue.
Mendirikan itu bukan sekedar melakukan tapi melaksanakan satu tindakan yang terus menerus tanpa henti. Orang yang bertindak istiqomah itu akan mendapatkan kemulian. Firman Allah dalam Surat Fushshilat ayat 30: "Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: "Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan syurga yang telah dijanjikan Allah kepadamu".
Orang-orang yang istiqomah akan mendapatkan perlindungan baik di dunia maupun di akhirat dan apa-apa yang mereka minta dan hajatkan akan Allah penuhi. Sebagaimana Allah janjikan dalam ayat selanjut: "Kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta".
Orang yang konsisten hidupnya selalu optimis, yakin terhadap tuhannya yaitu Allah SWT, mereka selalu konsisten tidak pernah merasa takut, bersedih dan cemas, karena ia merasa Allah SWT selalu bersamanya, dan ia yakin bahwa kehidupannya telah di jamin oleh Allah.
Ada satu kisah bagaimana istiqomah melakukan hal-hal kecil bisa membawa keberentungan di masa yang akan datang. Tidak heran di pondok pesantren banyak kita temui santri-santri muda yang konsisten mengerjakan kebaikan walau kecil, misalnya selalu memilih sholat di pinggir tiang, selalu bangun dini hari untuk menegakkan sholat malam, menjadi muadzin setiap hari.
Tersebutlah kisah nyata faedah istiqomah santri yang terjadi pada seorang santri di Pondok Pesantren Ilmu Qur'an (PIQ) Singosari Malang bernama Rofiuddin. Santri ini dikenal santri yang kurang pintar. Membedakan isim atau fi'il (kata benda atau kata sifat) saja tidak bisa. Tak heran kalau ia melalui sebagai santri hingga sepuluh tahun lamanya. Padahal santri lain sampai lulus cuma perlu enam tahun.
Tapi begitu ia lulus dari pesantren, tiba-tiba membuat semua temannya kagum. Ia yang dianggap bodoh itu kini memimpin pondok dan sekolah di Gresik. Rupanya begitu lulus ia diminta orang baik yang kaya untuk memimpin pondok. Saking dicintainya para santri, beberapa kelas kalau tidak diajar dia, santrinya tidak konsern belajar, bahkan mogok belajar.
Ternyata baru ketahuan selama ia menjadi santri di PIQ ia tidak pernah terlewat membersihkan aula. Setiap hari tidak pernah luput untuk menyapu, mengepel dan membuang sampah yang tercecer di aula. Aula di pondok adalah tempat untuk sholat jamaah, muhadhoroh dan sebagainya. Tidak heran setiap tahun PIQ selalu menjadi pondok yang menang dalam lomba kebersihan antar pesantren.
Kepandaian yang mendadak datang setelah lulus itu, menurut Kiai Basori Alwi, pengasuh Pondok PIQ karena ia selalu istiqomah. "Istiqomah itulah yang membuatnya memiliki ilmu laduni (ilmu yang datang didapat tanpa melalui tahap belajar)," kata Kiai Basori, seperti ditirukan salah seorang santrinya
Komentar
Posting Komentar